Senin, 08 Juli 2013

Tidak Bisa Bosan Dengan Kesedihan

Posted by Sherry Sonya at 07.07 0 comments
banyak orang bilang dan mengumpamakan, kenapa kamu tidak bisa tertawa terbahak-bahak untuk lelucon yang sama tetapi kamu selalu menangisi hal yang sama berulang-ulang? Gak tau. Kenapa kamu bosan melakukan hal yang awalnya bisa membuat kamu senang tapi selalu melakukan hal yang membuat kamu sedih? Gak tau. Kenapa kamu bisa bosan menikmati kebahagiaan yang sama tetapi kamu tidak bisa bosan menghadapi kesedihan yang sama? Gak tau. Kenapa kamu bisa mengingat kejadian menyedihkan disaat kamu sedang berbahagia sedankan disaat kamu sedang bersedih, sedikitpun kamu tidak bisa mengingat kejadian yang membuatmu bahagia? Gak tau. 

Ketika kamu menangis, apa yang selalu kamu pikirkan? Sedihnya? Sakitnya? Dua-duanya. Seandainya kamu bisa berhenti menangis layaknya kamu berhenti tertawa karena yang lucu itu sudah tidak lucu. Bisakah yang sedih itu jadi tidak sedih lagi seperti yang lucu jadi tidak lucu lagi? Kebahagiaan terlalu cepat direnggut oleh kesedihan. Banyak orang bilang jangan terlalu bahagia dulu, nanti kalo gagal sedihnya banget-banget loh. Banyak orang juga bilang, aduh kamu ketawanya jangan kenceng-kenceng nanti pulang ke rumah malah nangis-nangis lagi. Aneh. Tapi memang begitu kenyataannya.

Orang bisa tertawa kenceng-kenceng seperti menangis, bahkan juga bisa keluar air mata. Orang bisa nangis kenceng-kenceng seperti ketawa, dan saking sedihnya, keluar air matapun ngga. Aneh. Tapi memang begitu kenyataannya.

Sesabar-sabarnya orang, kita tau kesabaran mereka sudah diujung batas ketika mereka mulai marah atau bahkan menangis. Seringkali aku bertanya pada Tuhan Yesus. Mengapa engkau memberi banyak air mata? Karena air mata itulah, setiap kali aku merasakan sedih dan pedih yang mungkin tidak bisa kubagi, aku selalu menangis. Mencoba berharap bahwa beban di dalam hati dan pikiranku juga bisa ikut terbuang melalu air mata. Tapi nyatanya, semakin banyak air mata terbuang, semakin ku sadar bahwa aku menangisi beban di dalam hati dan pikiran yang tentu saja sama sekali tidak ikut terbuang disaat ku menangis. Aku menangis dan itu tidak mengubah apapun juga. Aku bertanya lagi, kalau begitu apa guna Engkau memberi banyak air mata?

Terkadang aku bersyukur, aku masih bisa merasakan sedih, aku masih bisa menangis, aku masih punya perasaan *seenggaknya*. Tapi terkadang aku menghujat diriku sendiri, mengapa hal kecilpun juga aku tangisi? Apa tidak ada hal lain yang lebih baik untuk ditangisi? Atau mengapa aku harus menangisi semuanya? Mengapa setiap ku mencoba untuk menahan air mataku untuk jatuh, mereka mala semakin menerobos seolah-oleh memberontak dan semangat ingin membanjiri pipiku. Dan terjadilah sudah kejadian itu dan ini berulang-ulang.


Pada hari itu, aku sudah berjanji pada diriku sendiri bahwa aku ingin berubah. Aku ingin berubah terutama untuk kebaikan diriku sendiri, dan untuk kebaikan orang di sekitarku. Aku tidak ingin menjadi wanita lemah di hadapan semua orang. Ya, memang banyak orang bilang ia sudah mencapai ambang batas kekuatannya, maka wanita itu menangis. Bagiku, mungkin seperti itu. Bagi mereka? Mereka menganggap aku hanya bisa menangisi semua yang belakangan ini terjadi akibat kehendak Dia. Ya, semua terjadi akibat kehendakNya. Mereka bilang, kalau sudah terjadi seperti ini, kamu bisa apa?
Seringkali aku malu karena 3 bulan yang lalu, hampir setiap hari aku menangis. Mereka yang menyimpan keluh kesahku tentu saja mulai lelah menghadapi diriku menangisi sesuatu yang sudah berulang-ulang mereka peringatkan. Tetapi mereka bilang, aku sedang jatuh cinta. Aku sedang buta, karena aku terlalu cinta. Sampai akhirnya aku menyimpan keluh kesahku sendiri karena aku malu untuk membagikan semuanya itu kepada mereka untuk kesekian kalinya.
Mereka terlalu baik untuk membantuku memperbaiki hubungan yang sedikitpun mereka tidak sentuh, yang sedikitpun mereka tidak rusak. Tapi dengan tegasnya, aku bilang terimakasih. Aku Cuma butuh tempat untuk menampung keluh kesahku selain Tuhan. Aku banyak berdoa dan meminta kepadaNya supaya doaku dijawab melalu perantara mereka. Tapi mungkin Tuhan berkehendak lain.
Akhirnya aku mulai bimbang dan gundah untuk kesekian  kalinya. Keyakinanku untuk mempertahankan hubunganku goyah seketika karena pada saat itu aku merasa dia dan aku pun sudah tidak sejalan, tidak sepemikiran. Aku mulai berpikir bahwa dia pantas bahagia bersama yang lain. Walaupun terdengar gila, mungkin kalau kau berada diposisiku kamu akan menjadi seseorang yang bodoh sepertiku.
Aku berbicara ini dan itu, dan akhirnya aku coba memberanikan diri kalau hubungan ini tidak berjalan. Aku dan kamu... we didnt work out. Tiba-tiba aku yang mencoba untuk menahan tangis, melihat dia menangis untuk kesekian kalinya. Dia menangis.. ada orang bilang, jikalau lelaki bisa menangis untukmu, mungkin dia sangat sayang padamu. Di saat itu pun, aku mulai luluh. Ya Tuhan, mungkin dia masi manusia biasa yang bisa buat kesalahan seberapa banyakpun dia mau. Ya Tuhan, mungkin inilah saatnya kau tunjukkan padaku bahwa sebenernya dia juga butuh aku.
Kami gagal berpisah untuk kesekian kalinya. Kami bersyukur, karena sudah beberapa kali kami mencoba untuk memisahkan diri satu sama lain, tetapi entah karena Tuhan yang menginjinkan kita terus bersama, kita terus bersama. Sampai sekarang.


Hubungan kami semenjak itu tidak ada masalah yang berarti. Lancar. Bahkan kami makin saling mencintai satu sama lain. Tapi tidak ada hubungan yang baik-baik saja sampai akhirnya.... masalah itu kembali menerpa kami
Waktu itu, 17 Juni 2013. Umurku hampir genap 17 tahun. Kamu tau apa artinya bagi seseorang yang ingin berulang tahun yang ke-17? It means everything. Dia yang sudah berjanji mau dateng ke rumah untuk menemaniku seharian, malah batal. Karena suatu alasan yang bagiku sangat amat aneh. Alasan yang ingin kuceritakan di sini , tapi tidak bisa. Ya. Kamu tau rasanya berharap dia yang membuatmu bahagia di hari spesialmu itu malah menghancurkan seharian itu sekejap?
Waktu tidak bisa kuputar kembali. Apa yang terjadi sudah terjadi. Meskipun ia rela melakukan apa saja untukku, tidak ada hal yang bisa menggantikan hariku. Hariku hancur. Harapanku pun hancur. Mengharapkan yang spesial di hari ulang tahunku saja susah, bagaimana hari-hari biasa?


Seiring perjalanan waktu. Aku mulai lupa dan mulai tidak peduli dengan kejadian hari itu. Buat apa kuingat? Hanya menambah kesedihan. Hari itupun tidak bisa balik sesuai keinginanku meskipun berkali-kali aku menyesalinya. Tetapi ketika aku mulai mencoba mencari kebahagiaanku bersamanya, masih ada saja halangan-halangan yang lain.
Waktu itu hari Sabtu, 6-7-2013. Yaah anak gaul bilang, malamminggu. Ya, itu malam minggu kita. Akhir-akhir ini malam hari kami mulai lagi aktif bermain game online lagi. Mungkin semacam kecanduan lagi setelah sudah lama pensiun. Ketika kami sedang asyik bermain, tiba-tiba billing di warnet tersebut bermasalah sehingga membuat kita menunggu untuk billing tersebut kembali normal. Tidak ada kerjaan, tidak ada sambilan, kami bercanda-canda, ngobrol, main hp. Mungkin seperti biasa, aku memang selalu sial. Aku selalu melihat sesuatu yang sebenernya belum waktunya untuk kulihat. Disitu aku lihat, kalau dia diundang acara teman-temannya. Mungkin seperti tahun kemarin, mereka mau perpisahan. Sebelum melihat ini, aku tidak tau kalau dia punya acara seperti ini.
Entah ada apa di pikiranku, aku langsung marah ngambek dll. Susah untukku mengontrol emosi. Pertanyaan itu selalu berputar-putar di otakku. Mengapa ia tidak memberitahuku tentang ini sebelumnya? Meskipun ia sudah mencoba untuk menjelaskan dan meminta maaf tetapi “ingin memberi tahu tapi tidak ada  waktu tepat” itu tidak cukup untuk menenangkan amarahku yang sedang memuncak. Sebenarnya aku tidak mempermasalahkan dia tidak memberi tahu, aku hanya mempermasalahkan hari H dan perasaanku.
Sudah hampir setahun ia rutin menjalani kesehariannya yaitu futsal. Dan sewaktu libura ia menyempatkan diri untuk datang ke rumahku 2x seminggu. Sabtu dan hari lainnya. Aku memilih hari kamis, karena hari rabu ia rutin melakukan futsal. Ya, sebelum masalah ini, aku tidak memberi tahu alasan mengapa aku memilih hari kamis sedangkan biasanya hari selasa (sewaktu KBM sekolah berlangsung). Tetapi setelah kejadian ini aku memberi tahu semuanya. Aku menumpahkan semuanya yang dari dulu ku tahan.
Aku pikir tidak pantas kalau di dalam suatu hubungan untuk masalah ini aku masih belum terbuka. Aku ingin terbuka sedikit. Menceritakan semuanya. Dan ternyata dia juga berpendapat yang sama. Ia ingin berubah untukku karena ku bilang, aku tidak bisa berubah, mungkin tabiatku sudah begini dari dulu. Dan mungkin juga karena aku tidak enak hati, aku tidak ia ingin berubah untukku (soal ini) karena akupun tidak bs berusaha berubah untuknya. Aku tidak ingin hubungan ini berat sebelah. Akhirnya aku bilang, anggap saja kalau aku belum terbiasa menghadapi ini. ya, mungkin saja sewaktu aku bilang seperti ini dia tidak sadar. Sudah 1 tahun dan apa itu normal kalau aku belum terbiasa menghadapi kegiatan rutin dia?
Aku mulai percaya dan mulai yakin kalau ia mengerti akan diriku yang agak moody ini kalau ditinggal sebentar. Aku mulai percaya kalau dia tahu yang terbaik dan dia tahu apa yang ku mau semenjak aku menumpahkan semuanya itu. Tapi ternyata, tidak selang beberapa hari...... hari ini ia mematahkan kepercayaanku begitu saja.
Hari ini Senin, 8-7-2013, dia bilang ada sparing. Gak ikut main, Cuma ngurusin. Yaudah, ku bilang urusi saja dulu sparingnya. Sampe setengah 1 hari ini, dia akhirnya chat ingin OTW. Entah OTW kemana. Aku harap dia dalam perjalanan pulang dan aku bisa menumpahkan keluh kesahku hari ini apa saja. Aku ingin menghabiskan waktu ini berdua karena tadi pagi, waktu kami tersita untuk urusan sparing itu. Tapi ternyata, harapan itu Cuma palsu belaka. Ia ingin melakukan kegiatan yang lain lagi bersama teman-temannya. Aku sudah lelah untuk mengerti. Aku lelah menunggu. Dari pagi sampai malam.
Bagi mereka, mungkin ini berlebihan. Baginya, mungkin ini hanya sehari saja. Baginya, dia mungkin merasa bahwa selama ini dia selalu bersamaku dan menemaniku setiap waktu. Tuhan, seandainya itu benar. SEANDAINYA BENAR BAHWA KAMU SELALU BERSAMAKU SETIAP WAKTU.

Terlalu banyak kesedihan yang dirasa. Dan aku pun tidak bosan dengan kesedihan itu. Seandainya aku cepat punya rasa bosan terhadap kesedihan itu, mungkin banyak orang yang sudah meninggalkanku sejak dulu.
 

this is real, this is me Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea

Pink Paw Print